Hari ini,ketika ratusan tank bersipongah menggilas tanah-tanah palestina,saya teringat kembali pada tulisan Eep S fatah. lewat tulisan kecilnya beberapa tahun lampau, Eep menyatakan kerisauannya terhadap kecendrungan umat. Umat islam bagian terbesar bangsa ini,menurut Eep , lebih suka menjadi "kerumunan" daripada membuat barisan kekuatan.umat lebih suka menyatakan kemarahan,bukan membuat langkah tindakan.umat lebih suka berkata-kata ketimbang berbuat nyata.
Setelah peluru tank berdentum menjebol dinding kantor arafat,dan tentara israel dapat berbuat semaunya,tulisan itu menjadi lebih bermakna.israel hanya bangsa segenggam tangan ,dengan mudahnya tangan kecil itu menampar umat yang lebih dari semiliar.tanpa ada balasan apapun,tanpa ada kejelasan kapan umat lebih dari semiliar ini dapat mengambil tindakan agar hal yang sewenang-wenang itu tak akan pernah terjadi lagi,umat hanya mampu menggeram dan menggeram .hanya sedikit yang dapat berkontribusi secara nyata melalui doa. kita boleh menggeram . kita dapat menghujat kebiadaban israel dengan segala cara .termasuk dengan berdemonstrasi dan membakar benderanya.kita boleh berlomba untuk menunjukan diri paling bersimpati terhadap nasib palestina,bahkan,juga dengan mengakomodasi perasaan umat melalui pendaftaran terbuka sukarelawan sambil berharap-harap agar para sahabat menolong untuk memberangkatkanya,(Kalau para sahabat itu sungguh peduli pada palestina ,mereka dapat membuat langkah sendiri yang lebih efektif ketimbang mengirim sukarelawan tak terlatih dari sini.
Yang belum tampak adalah menunjukan kepedulian dengan jalan mengevaluasi diri: mengapa si tangan kecil itu begitu mudah menempeleng kita ? haruskah kita mencaci si tangan kecil itu karena begitu kurangajarnya pada kita?ataukah kita berkaca : mengapa kita sedemikian tolol dan tidak berdaya?
Berdemonstrasi? Unjuk kemarahan secara masal? rasanya tak ada dalam tradisi islam. apalagi dalam shirah rasul. ketika dianiaya di lempari kotoran unta,rasul tidaklah menghujat-hujat sang pelempar,padahal dialah penggenggam kebenaran. rasul memilih diam,lalu sabar,membangun kekuatan diri sehingga tak ada lagi yang dapat menghinanya.
Kita acap kali tergoda untuk gampang unjuk diri karena merasa menggengam kebenaran, kita lalu mengangap pikiran dan langkah kita selalu benar,padahal kebenaran bukanlah kita tapi yang ada dalam genggaman kita. ada jarak yang nyata antara kita dan kebenaran di genggaman kita.
Kini israel dengan mudahnya mencabik-cabik kita tidakkah kita tergerak untuk belajar darinya dengan tetap menegakkan badan setegak-tegaknya? rasul pun belajar banyak dari musuh yang nyaris mengalahkannya di perang Hunain,sebelum siap menggelar pasukan di hadapan pasukan raksasa romawi,Hanya dengan belajar ,termasuk dari musuh ,kita dapat membuat langkah-langkah nyata ,hanya dengan langkah nyata pula - termasuk dengan doa _ palestina selama ini tak musnah di gilas israel. kurang langkah nyata dan lebih banyak berkata-kata,kita bangsa ini banyak di permainkan oleh bangsat-bangsat kecil....
Setelah peluru tank berdentum menjebol dinding kantor arafat,dan tentara israel dapat berbuat semaunya,tulisan itu menjadi lebih bermakna.israel hanya bangsa segenggam tangan ,dengan mudahnya tangan kecil itu menampar umat yang lebih dari semiliar.tanpa ada balasan apapun,tanpa ada kejelasan kapan umat lebih dari semiliar ini dapat mengambil tindakan agar hal yang sewenang-wenang itu tak akan pernah terjadi lagi,umat hanya mampu menggeram dan menggeram .hanya sedikit yang dapat berkontribusi secara nyata melalui doa. kita boleh menggeram . kita dapat menghujat kebiadaban israel dengan segala cara .termasuk dengan berdemonstrasi dan membakar benderanya.kita boleh berlomba untuk menunjukan diri paling bersimpati terhadap nasib palestina,bahkan,juga dengan mengakomodasi perasaan umat melalui pendaftaran terbuka sukarelawan sambil berharap-harap agar para sahabat menolong untuk memberangkatkanya,(Kalau para sahabat itu sungguh peduli pada palestina ,mereka dapat membuat langkah sendiri yang lebih efektif ketimbang mengirim sukarelawan tak terlatih dari sini.
Yang belum tampak adalah menunjukan kepedulian dengan jalan mengevaluasi diri: mengapa si tangan kecil itu begitu mudah menempeleng kita ? haruskah kita mencaci si tangan kecil itu karena begitu kurangajarnya pada kita?ataukah kita berkaca : mengapa kita sedemikian tolol dan tidak berdaya?
Berdemonstrasi? Unjuk kemarahan secara masal? rasanya tak ada dalam tradisi islam. apalagi dalam shirah rasul. ketika dianiaya di lempari kotoran unta,rasul tidaklah menghujat-hujat sang pelempar,padahal dialah penggenggam kebenaran. rasul memilih diam,lalu sabar,membangun kekuatan diri sehingga tak ada lagi yang dapat menghinanya.
Kita acap kali tergoda untuk gampang unjuk diri karena merasa menggengam kebenaran, kita lalu mengangap pikiran dan langkah kita selalu benar,padahal kebenaran bukanlah kita tapi yang ada dalam genggaman kita. ada jarak yang nyata antara kita dan kebenaran di genggaman kita.
Kini israel dengan mudahnya mencabik-cabik kita tidakkah kita tergerak untuk belajar darinya dengan tetap menegakkan badan setegak-tegaknya? rasul pun belajar banyak dari musuh yang nyaris mengalahkannya di perang Hunain,sebelum siap menggelar pasukan di hadapan pasukan raksasa romawi,Hanya dengan belajar ,termasuk dari musuh ,kita dapat membuat langkah-langkah nyata ,hanya dengan langkah nyata pula - termasuk dengan doa _ palestina selama ini tak musnah di gilas israel. kurang langkah nyata dan lebih banyak berkata-kata,kita bangsa ini banyak di permainkan oleh bangsat-bangsat kecil....
0 komentar:
Posting Komentar