Yah ..merasa jurnalis, aneh dan membingungkan sebenarnya..karena kata-kata itu keluar dari mulut seorang wartawan (media alkhairat)...
Dia adalah seorang yang baru saja ku kenal,(maaf mas,kak,om, mesti manggil apa sih?) sepintas ku kenal,dia sangat cerdas terbukti dengan komunikasinya yang teratur,waktu membahas tentang eksekusi amrozi. rada bawel,karena langsung kontan nunjuk saya ..."kamu PKS ya? KAMMI ya? membuat alis ku terangkat sebelah...
kalo boleh ku deskripsikan, dia seperti sosok "Mahar di novel Laskar pelangi" Ber imajinasi tinggi '
saking tingginya, saya tak bisa mengerti apa yang dia maksudkan.. mungkin karena level imajinasi ku masih awam.
baik, saya hanya ingin mengaitkan "MERASA JURNALIS " dengan tulisan Zaim uchrowi di harian Republika...(jangan marah ya, mas joko..saya meng uyel-uyel nama blog mu., minjem doank kok...)


Udin....Allah Merestuimu..!

Udin...Aku tak tahu, haruskah kami -para Wartawan yang telah kau tinggalkan -baru sanggup mengaca diri lagi hanya bila ada kematian sepertimu?
Aku tak tahu,mengapa kami -para wartawan yang telah kau tinggalkan -merasa punya harga diri hanya bila seorang rekan remuk karena menjalnkan tugas.
Selasa malam,13 agustus lalu,sebagian kami yang lain tengah bercengkrama dengan keluarga,sebagian yang lain masih masyuk omong kosong tentang politik.
Kami tak tau ketika malam itu,sekitar pukul 22.30, dua orang bertamu kerumah mu yang sederhana .lalu istrimu yang baik membukakan pintu dan mempersilahkan mereka duduk. lalu istrimu pergi ke dapur menyeduh teh buat tamumu sebelum kemudian terdengar suara .......
Bukkkkk ! dan kau pun terkapar dengan merah darah meleleh dari telinga.
innalillahi wainnaillaihi raji"un

Udin...Aku aku dan sebagian besar kami tak tau siapa kau,sebelum bajingan itu menghajarmu. jangankan sikap dan pendirianmu,namamupun baru kami eja setelah kau damai di alam sana. ketika kau telah lasak di pelosok Bantul ,kami mungkin tengah menikmati "steak"di ruang ber-AC seusai acara konfrensi pers.
Ketika kau terus melacak "berita', kami mungkin tengah terlena bernegosiasi dengan pengusaha,penguasa,atau dengan oposanya. ketika kau tersungkur rubuh karena tulisanmu,kami mungkin tengah tertawa-tawa dan kemudian ternganga : mengapa ini dapat terjadi

Udin....jangan tertawakan kami yang belum berbuat banyak . bagikan nyalimu agar kami percaya diri untuk menyelesaikan kerja yang semestinya kami selesaikan.menulis apa yang semestinya kami tulis,membenarkan apa yang semestinya kami benarkan,menyalahkan apa yang seharusnya kami salahkan,tidak lebih dan tidak kurang.
Udin allah merestuimu....
kau telah tunaikan tugasmu .sekarang bisikan suaramu pada tangan-tangan hukum untuk menyelesaikan tugas ,dan bukan menjadikan kasusmu seperti kasus Marsinah...